Dari seorang kinara untuk semesta. Barangkali kisahnya pantas dinikmati dunia. Selamat membaca,
Perjalanan Pertama
Seorang cewek yang sedang menyendiri dan berkutik dengan laptop nya itu namanya Putri Aruna Kinara. Tak pernah langsung pulang seusai sekolah, ia selalu bersama teman spesialnya itu. Tidak ada yang spesial dalam diri Kinara. Seperti perempuan pada umumnya, ia suka menonton film romantis, suka makan ice cream, dan suka dibilang cantik. Tapi, kata teman-temannya ia beruntung. Dipilih dan memiliki seorang Adi Pradana. Kakak kelas satu tahun yang kini jadi Ketua OSIS yang visioner, kharismatik, dan berprestasi. Tak pernah dibayangkan sebelumnya, sedari awal ia hanya mengagumi teman spesial nya itu. Tapi, hari ini seseorang yang dikagumi malah jatuh cinta pada gadis mungil yang akrab dipanggil ‘araa’ dan akan selalu marah jika nama panggilannya tidak ditulis double ‘a’. Ia sendiri juga tak pernah tau maksud nya melebihkan huruf ‘a’ di nama nya, kalau ditanya ia selalu bilang “biar ngga cuek”. Mungkin maksudnya kalau hurufnya banyak kan panjang jadi terkesan ramah. Ia sendiri juga tak pernah tau datang darimana stigma itu.
“udah selesai ra, yuk balik” sapa Adi. “oh iya kak, ini minumnya. Minum dulu”. Ara memang setiap hari menunggu Adi berlatih teater, rapat osis, bahkan kerja kelompok. Tidak pernah bosan menunggu dan tidak pernah marah pada teman spesialnya itu. Mereka berdua berjalan menuju parkir motor. “mau langsung balik apa makan bakso dulu?” tanya Adi. “terserah” jawab Ara. Adi memang seringkali tidak pernah langsung pulang, entah karena ingin berlama-lama dengan Ara atau suasana rumahnya yang memang tak pernah nyaman. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan dulu, mereka berdua pun menuju warung bakso yang biasa mereka datangi. “pakdhe, bakso 2 ya” ucap Ara. Ya..memang seperti itu, tidak sewajarrnya pasangan. Makan dimana saja yang pesan selalu Ara. Tidak romantis, tapi Ara tak mau kehilangan Adinya itu. Mereka berdua pun menyantap bakso sambil bicara kesana kemari. “ra, kamu tuh ya. Gimana ga sakit-sakitan yang diminum es mulu” tegur Adi. “hsstt..aku mah kalo sakit ya sakit aja. Emang udah waktunya” tukas Ara. “minta ya, dikit” kata Adi langsung menyerupt jus mangga digelas Ara. “hmmm..ngata-ngatain ujungnya minta juga”. Adi pun tersenyum melihat gadis manis nya itu protes.
Karena hujan mulai agak lebat mereka berdua pun bergegas pulang. Seperti biasa Adi Cuma bawa jas hujan satu. Dan itu artinya Ara tidak akan kebagian jas hujan. Ara juga tak pernah tau kenapa setiap kali mereka kehujanan Adi tidak pernah membagi jas hujannya. Ara pun juga tak pernah protes, karena Ara selalu menghargai laki-laki di depannya itu. Meskipun sampai rumah Ara menggigil, Adi juga tak pernah peka. “salam ya ke ibu, langsung mandi, minum teh hangat” perintah Adi. “iya kak” Ara hanya tersenyum kecil dengan bibirnya yang mulai membiru karena kedinginan. “kenapa ngga peka banget sih, laki-laki macam apasih” jengkel Ara dalam hatinya. Kesal dan kecewa bagaimanapun Ara tetap sayang dan tidak pernah mau kehilangan seorang Adi Pradana. Laki-laki yang hampir sempurna dimata orang-orang, tapi dimata Ara rasa-rasanya kesempurnaan itu mulai terkelupas sejak satu setengah tahun hubungan mereka.