Proyek pemerintahan yang akan membuat jurassic park di wilayah pulau Komodo sempat membuat geger. Mulai dari aktivis lingkungan, politisi, mahasiswa, bahkan orang biasa pun tahu bahwa proyek ini kemungkinan besar akan merusak populasi hewan langka itu dan akan membuat ekosistem semakin buruk, maka dari itu mereka ramai menyuarakan penolakan adanya proyek jurassic park tersebut. Disamping itu, teguran Unesco seakan mengiyakan bahwa proyek tersebut berpotensi besar akan merusak alam. Teguran ini menjadi momentum besar agar suara penolakan didengar oleh pemerintah. Namun, belum juga polemik ini tuntas. Kabar mengejutkan datang lagi dari TN Komodo. Kami seolah dihantam anak panah yang lebih besar, kerusakan alam ada didepan mata. Populasi Komodo seakan membutuhkan kita untuk bergerak cepat menyelamatkan mereka. Yap, wilayah TN Komodo terjadi kebakaran savanah. Kebakaran terjadi di wilayah Laju Pemali, dekat Loh Wanci, pesisir barat Pulau Komodo, Arah Bima, NTB.
Kebakaran di wilayah Pulau Komodo tak sekali ini terjadi. Peristiwa ini terjadi berulang kali. Jika kita menengok ke belakang, 2018 lalu kebakaran di pulau komodo terjadi di sisi utara yaitu di Gili Lawa. Mirisnya, penyebab kebakaran ini api yang disulut romobongan turis dari perusahaan bernama Indonesia Juara.
Ditengah khawatirnya kita terhadap kelestarian Pulau Komodo, kepala BTNK justru bersikap defensif. Ia memberi pernyataan di media bahwa Laju Pemali bukan habitat Komodo. Ia menuturkan bahwa habitat Komodo paling dekat di Loh Wenci. Pernyataan ini menimbulkan ambiguitas dibenak masyarakat. Karena kita semua tahu bahwa seluruh bentang alam TN Komodo adalah habitat Komodo dan satwa lainnya. Jadi, kebakaran ini adalah masalah besar bagi kelestarian Komodo.
Kasus-kasus kebakaran diatas tak bisa dianggap remeh dan sebagai angin lalu saja. Yang harus kita soroti adalah bagaimana tindak lanjut pemerintah menangani kasus-kasus tersebut.
Misalnya Kebakaran di Gili Lawa pada 2018 lalu tak ada kelanjutan informasi seberapa berat atau bahkan ringan hukuman bagi perusahaan yang terlibat. Bagitu juga kasus pencurian rusa dan skandal penyelundupan komodo.
Yang mengkhawatirkan, kebakaran kali ini terjadi di sisi barat pulau Komodo. Meskipun kampung komodo terletak di sisi timur, namun sisi barat pulau komodo ialah titik telah TN Komodo. Kenapa? Karena sisi barat merupakan akses rawan terhadap segala bentuk pencurian satwa dan penyelundupan. Disaat masa-masa mengkhawatirkan ini, mirisnya pengelola balai taman nasional tak kunjung memperkuat pengawasan di wilayah ini.
Dari kasus yang menyasar keamanan satwa ini, kita semua tahu rezim Jokowi memperlihatkan keacuahnnya. Jika bisa dikatakan rezim jokowi memang rezim infrastruktur, namun mereka lebih memilih membangun jalan tol daripada konservasi.
Berkaca dari hal itu, tidak heran jika anggaran dan personel BTNK memang kecil, jauh lebih kecil dari anggaran BOP.
Dengan adanya kasus kebakaran ini, harapan kita cuma ada 2:
- Dilakukan investigasi tungas penyebab terjadinya kasus kebakaran, pencurian satwa, bahkan penyelundupan.
- Diperkuatnya BTNK dari sisi anggaran dan personel ahli, agar tugas konservasi dapat berjalan maksimal.
Dan, teguran Unesco terhadap konservasi Pulau Komodo harusnya menjadi bombardir untuk Indonesia agar lebih bisa melestarikan satwa nya dan mencegah tindakan kejahatan yang mengintai wilayah konservasinya.
Kita semua harus buka mata, buka data.
Tulisan ini dari thread di twitter Kawan Baik komodo. Yang kami sunting sedikit untuk kami publish disini dan sudah mendapatkan izin dari yg bersangkutan.
Penulis : Kawan Baik Komodo
Editor : Febri Mahiyah